Tentu saja aku pun tidak tahu tepatnya apa yang terjadi antara Sitok Srengenge dan mahasiswi berinisial RW itu. Justru untuk memastikan hal itu dibutuhkan pengadilan.
Namun ada beberapa hal yang menurutku agak ganjil dalam respon terhadap kasus itu di fb, twitter, comment berita dsb. Pertama, sebagian orang tampaknya cenderung tidak membedakan antara perselingkuhan dan pemerkosaan. Tiba-tiba urusan keluarga Sitok pun dibicarakan, seakan-akan ini urusan kesetiaan antara suami-istri. Seandainya Sitok cuma menyeleweng, ngapain kita ikut ribut! Itu urusan pribadinya. Tapi pemerkosaan atau pelecehan seksual adalah kekerasan, tindakan kriminal. Ini bukan sekadar urusan zinah atau pelanggaran moral, tapi tindakan kekerasan seksual!
Kedua, pada sebagian respon aku sama sekali tidak melihat ada sensitifitas terhadap kondisi psikologis seorang korban pemerkosaan atau pelecehan seksual. Misalnya, ada yang bertanya mengapa kasusnya baru sekarang diadukan, bukan langsung setelah kejadiannya. Tindakan kekerasan seksual seringkali membuat seorang perempuan merasa terhina, malu, dan seakan-akan kotor dan tidak berharga. Korban pemerkosaan mengalami trauma, bingung dan stres, kerapkali bahkan menyalahkan diri sendiri. Hal itu merupakan reaksi psikologis yang wajar dalam kondisi seperti itu, dan bukan tanda ketidaktegasan atau ketidakjujuran!
Di samping itu, bukankah memang pada kenyataannya justru korbannya yang sering disalahkan masyarakat? Perempuan yang diperkosa tidak jarang dibilang kurang pandai menjaga diri, berpakaian kelewat seksi, atau dituduh berbohong. Dalam kondisi semacam itu, bukankah wajar kalau korban bimbang, dan baru berani bersuara saat ada dukungan dan pendampingan?
Kenyataannya memang bukan sekedar perselingkuhan. Ini kejahatan. Kenapa publik ribut? Adalah respon dari ironi pencitraan si pelaku di media sosial yang kerap menunjukkan kejijikannya pada orang-orang cabul yang tidak bisa mengontrol nafsu.
Untuk referensi lebih lengkap bisa simak pernyataan sikap BEM FIB UI (https://docs.google.com/file/d/0B10pN6EWNtN4MnhxVzAtamJ5a0E/view?sle=true)
boemipoetra sudah membaca dan bahkan menyebarkan Pernyataan Sikap BEM FIB UI itu di Twitter dan Facebook. 🙂
tapi yang menyebalkan adalah ketika komentar2nya berubah jadi ‘perang’ antar kubu komunitas sastra, tanpa terlihat rasa empati pada korban. 😦
Esei boemipoetra di atas tidak menunjukkan empati pada Korban kah? Bukannya kelompok Goenawan Mohamad dan fans club-nya yang memusuhi Korban?
Saya sepikiran dengan tulisan di sini. Saya tidak habis pikir, bagaimana masyarakat yang bahkan bisa dikategorikan sebagai “kaum berpendidikan” berpikiran dangkal dan cenderung asal buka mulut. Saya ingin bertanya pada orang-orang seperti itu, bagaimana kalau si korban pelecehan itu anak gadis yang mereka banggakan dan harapkan sebagai penerus generasi mereka?
Saya makin heran, banyak yang lebih lekas memberi dukungan pada pengirim surat terbuka yang dibuat oleh anak pelaku, alih-alih memberi sumbang pikiran yang bermanfaat untuk mendukung pengembalian harga diri si korban.
setujuuuu!!!! sy juga kurang sependapat dg tanggapan para pembaca isi Surat Terbuka tsb…yg isinya rata2 membela anak si ayah yg diduga “pelaku permerkosaan”… kenapa kita tidak menempatkan posisi kita di diri keluarga atau bahkan si korban????? Tanggung jawab itu urusan belakangan…tp perbuatan yg telah menghancurkan hidup dan masa depan si korban yg tidak bisa dibiarkan terjadi terhadap para perempuan dimanapun….perselingkuhan aja tidak bisa saya terima apalagi pemerkosaan!!!!
Setuju mbak. nggak habis pikir untuk dukungan kepada pelaku di laman web tulisan surat terbuka anaknya. kritik saya malah tidak dimunculkan sama sekali. yang dimunculkan hanya komen-komen yang mendukung. Oh sitok! puisimu mesum, tingkahmu mesum juga
saya sangat setuju dengan Indria dan Myristica, saya juga heran kenapa komentar surat terbuka tersebut banyak yang membela anak si pelaku, bukannya korban, meski mungkin bukan pemerkosaan, tapi perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tetaplah salah, duh gusti ada apa dengan orang sekarang ini?
kalian itu aneh, para pembaca yang di suguhi berita tentang cinta yang luar biasa antara istrinya sitok dan anaknya sitok kok pendapat para pembaca tersebut dianggep sebagai masyarakat ga berpendidikan… itu kan 3 kisah yang berbeda,
1. kisah kebejatan sitok
2. kisah ketulusan cinta istrinya
3. kisah kecewa dan cintanya anak terhadap ayah
ditambah lagi
4. kisah kesaksian si RW di kantor polisi.
masyarakat kan menanggapi positif, bahwa jaman sekarang masih ada cinta yang luar biasa seperti di point 2 dan 3
kalau ngomong soal point 1 dan 4 ada 2 berita yang beredar
a. di beritakan bahwa kubu sitok tidak mau menemui pihak prempuan, cenderung meneror,
b. sedangkan dari sudut sitok, mengatakan pihak wanita yang sulit di kontak, padahal mau bertanggung jawab
yang benar yang mana? tetap butuh pengadilan..!!! karena memang tindakan sitok butuh dihakimi oleh yang berwajib. tindakan kriminal yang dilakukan oleh sitok saya TIDAK melihat sebagai tindakan yang wajar, yang saya posting di FB saya justru sikap heroic istri dan anak sitok, yang tau ayahnya preman, penjahat, tapi tetap di bela, kalau meng-Quote sujiwo tejo itu yang di namakan cinta.
kalau ada laki-laki yang melakukan hal tersebut, sejauh dia sudah punya anak istri ya namanya bajingan layak di hukum… saya setuju istilah mami nya Endah laki-laki itu seperti anjing, di rumah sudah dikasih makan, malah keluar cari taik.
kalau kalian pada berpendidikan, petakan dong masalahnya, bedakan mana yang memang layak di beri apresiasi, mana yang harus masuk keranjang sampah.
ini pemikiran pribadi saya ya saya bisa salah, pemikiran ini terbesit karena heran: kalau berfikir logis, RW itu anak sudah ngerti soal seks. apakah perawannya direnggut sitok? jika dia tidak perawan ketika ML dengan sitok, berarti dia sudah pernah melakukan sebelumnya. kenapa dia mau melakukan dengan sitok? ada yang dia kejar? ada yang dia harapkan hasil dari ML itu?
masa si RW tidak pernah berfikir bahwa ML itu bisa hamil? (ini pemikiran yang paling bodoh)
Cintai berondong Tua. cintai pemerkosa dengan pengartian “cinta” punya anda. Hingga mungkin nanti putri anda. saudari anda. atau salah satu ponakan anda yang menjadi korban. mungkin anda akan mengerti arti “cinta” tersebut. “katakan yang salah itu salah (meski itu buapakmu). dan yang benar itu benar”
Anda salahkan Masyarakat memvonis sitok ? butakah anda dengan ironi ? jangan lupa Sitok ini disebut seniman dan budayawan. orang kagum dengan karyanya. dia jijik dengan orang bejat. tapi …. ? bayangkan kalo tukang ojek yang melakukan ini… jelas sudah ditelanjangi polisi dan media. kita lihat disini TEMPO diem ayem dan “membela” sitok?
dan anda memahami perkosaan terlalu sempit. anak yang ngerti seks tidak bisa diperkosa ? diperkosa harus selalu di iket ? mulut dilakban kayak di film2 jepang ? korban harus teriak-teriak minta tolong ? pahami lagi https://docs.google.com/file/d/0B10pN6EWNtN4MnhxVzAtamJ5a0E/edit
Eno Ahmad, anda itu komen membabi buta sampe pake capslock segala, seolah-olah orang lain itu melegalkan perkosaan, mbok dibaca dengan baik, banyak penulis, yang memisahkan antara keluarbiasaan cinta istri+anak sitok, dan kebejatan sitok… itukan dua terpisah… dan saya prihatin saja kalo 2 topik itu di campur jadi 1 untuk menghakimi seseorang (entah itu baik atau buruk).
kalau orang lain ingin memahami anda, pahamilah orang lain terlebih dahulu…
anda kebanyakan nonton bokep jepang bro… you worry too much soal hal ini…
sekarang perkembangan ceritanya tentang sitok juga sudah ada di media seperti kompas…
rasa kagum terhadap keluarbiasaan hati isri+anak sitok TIDAK sama dengan melegalkan perkosaan seperti yang anda bilang.
orang nggak bodoh kok bro, pembaca yang baik tau mana cerita yang baik, tau mana cerita yang buruk.
Second student accuses noted poet of sexual harassment http://www.thejakartapost.com/news/2013/12/03/second-student-accuses-noted-poet-sexual-harrasment.html
[…] Catatan Pinggir Seputar Kasus Sitok Srengenge […]
penjahatnya satu yaitu sitok…korbanya RW, istri dan anaknya dan rasa kemanusiaan.
Kasus Sitok Srengenge tidak layak ditempatkan hanya di catatan pinggir, apalagi dicoba dpinggirkan dengan mengaduk-aduk opini publik. Kasus Sitok Srengenge harus berada di catatan utama, headline news. Dan itu terjadi saat Sitok berada di kursi pesakitan di pengadilan.
YA. BENARKAN PERKOSAAN. SAMPAI ITU MENIMPA ANDA ATAU SAUDARA ANDA. ATAU ANAK ANDA.
Skandal Sitok Srengenge http://majalah.detik.com/read/2013/12/07/151329/2435309/1314/skandal-sitok-srengenge
Semua musibah itu akibat perbuatan tangan manusia. Namun semuanya kita kembalikan kepada yang Maha Kuasa (innalillahi wa inna ilaihi roji’un). Memang sangat sakit sekali rasanya ketika kita tahu bahwa orang yang kita cintai dan kita jadikan tauladan selama ini ternyata masih juga melakukan perbuatan dosa. Namun, kita juga harus sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan bersih dari dosa kecuali Nabi Muhammad SAW saja. Dan itu artinya Sitok Srengenge adalah juga manusia biasa yang tak akan lepas dari khilaf dan lupa. Segeralah kembali kepada Yang Maha Kuasa untuk mengajak bertobat supaya musibah ini segera berakhir dan mari kita mulai lembaran kehidupan baru yang lebih baik, lebih bersih dan lebih bermartabat. Percayalah, penyelesaian hukum di dunia tidak akan pernah adil, karena masing-masing akan mencari celah untuk menghindar dari tanggung jawab hukum. Hanya hukum ALLOH SWT yang bisa memberikan keadilan dunia dan akhirat, karena semua bermuara pada ketaatan untuk menjalankan aturanNya.
Iwan Pangka: Kita Semua Kalah (Wawancara Dengan Pengacara Korban)
http://kabar3.com/blog/2013/12/iwan-pangka-kita-semua-kalah
Saya bangga, masih ada orang seperti bang Saut. Terimakasih kontribusinya selama ini. tommyvotograph.wordpress.com