Manifesto boemipoetra

Kondisi Sastra Indonesia saat ini memperlihatkan gejala berlangsungnya dominasi sebuah komunitas dan azas yang dianutnya terhadap komunitas-komunitas sastra lainnya. Dominasi itu bahkan tampil dalam bentuknya yang paling arogan, yaitu merasa berhak merumuskan dan memetakan perkembangan Sastra Indonesia menurut standar estetika dan ideologi yang dianutnya. Kondisi ini jelas meresahkan komunitas-komunitas sastra yang ada di Indonesia karena kontra-produktif dan destruktif bagi perkembangan Sastra Indonesia yang sehat, setara, dan bermartabat dalam pluralisme ideologi dan estetika.

Dalam menyikapi kondisi ini, jurnal sastra independen boemipoetra memaklumatkan Pernyataan Sikap sebagai berikut:

  1. Menolak arogansi dan dominasi sebuah komunitas atas komunitas lainnya.
  2. Menolak eksploitasi seksual sebagai standar estetika.
  3. Menolak bantuan asing yang memperalat keindonesiaan kebudayaan kita.

Bagi kami sastra adalah ekspresi seni yang merefleksikan keindonesiaan kebudayaan kita dimana moralitas merupakan salah satu pilar utamanya. Terkait dengan itu sudah tentu sastrawan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (pembaca). Oleh karena itu kami juga menentang sikap ketidakpedulian pemerintah terhadap musibah-musibah yang disebabkan baik oleh perusahaan, individu, maupun kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat, misalnya Tragedi Lumpur Gas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Kami mengecam keras sastrawan yang nyata-nyata tidak mempedulikan musibah-musibah tersebut, terutama yang berafiliasi dengan para Kapitalis yang mengakibatkan musibah-musibah tersebut sampai terjadi.